Bayangkan sebuah laut yang berwarna putih. Lautan umat manusia, bergerak bersama, dengan hati yang berdetak dengan tujuan tertentu. Haji. Ini adalah ziarah yang dilakukan ribuan orang setiap tahunnya. Ini lebih dari sekedar perjalanan; ini tentang transformasi. Kunjungi kami!
Langkah pertama Anda adalah Ihram. Ini adalah pakaian putih dua potong sederhana untuk pria. Bagi wanita, itu adalah kesopanan. Tidak ada label desainer di sini–hanya kesederhanaan murni. Ide di baliknya? Putuskan hubungan dari dunia dan fokuslah pada Tuhan. Hal ini lebih mudah diucapkan daripada dilakukan pada jam 3 pagi ketika Anda harus berdesak-desakan di tengah keramaian!
Pemberhentian pertama: Mekah. Energinya hampir terlihat jelas di kota. Anda berjalan menuju Ka’bah. Itu adalah kubus ikonik, dibungkus dengan kain bersulam emas. Pengalaman itu tidak nyata. Rasanya seperti Anda sedang memasuki kartu pos hidup. Tawaf, mengelilingi masjid sebanyak tujuh kali, sungguh menggembirakan sekaligus merendahkan hati.
Sa’i, antara bukit Safa dan Marwah. Bayangkan berlari mundur, maju, dan tujuh kali mengelilingi perbukitan di bawah terik matahari. Jika beruntung berada di sana pada malam hari, lokasinya juga berada di bawah kerlap-kerlip lampu. Patung itu memperingati pencarian Hagar akan air untuk menafkahi putranya, Ismael.
Arafat mengikuti, di mana Anda akan berdiri dan berdoa dari siang hingga matahari terbenam. Pengalaman tersebut digambarkan sebagai “latihan” untuk Hari Penghakiman, yang merupakan konsep yang sangat serius! Panasnya mungkin tak tertahankan tetapi beban rohaninya jauh lebih besar.
Muzdalifah kemudian menyusul, sebuah ruang terbuka di mana jamaah dapat mengumpulkan kerikil untuk persiapan ritual keagamaan berikutnya: Rami al-Jamarat, atau melempari setan di Mina. Bayangkan saja: melempar batu ke tiang yang melambangkan godaan setan, itu katarsis. Bayangkan pemandangan kacau jika ribuan kerikil dilempar secara bersamaan.
Apa adegan terakhirnya? Idul Adha adalah Hari Raya Kurban dimana hewan dikorbankan sebagai penghormatan atas kesediaan Ibrahim mengorbankan putranya dalam ketaatan kepada Tuhan, hanya untuk dihentikan oleh campur tangan Tuhan.
Haji tidak melulu tentang ritual. Pengalaman haji juga tentang manusia. Anda akan bertemu orang asing di sepanjang jalan yang akan menjadi teman Anda dan berbagi makanan, cerita, dan air mata.
Ingat Ali dari Karachi? Ia berbagi payung saat hujan turun secara tak terduga saat Tawaf. Sebuah tindakan sederhana namun mendalam dalam kekacauan tersebut.
Fatima dari Jakarta lah yang berkencan sambil menunggu lama di Muzdalifah. Tindakan kecil seperti itu membantu membuat jam-jam panjang itu menjadi lebih tertahankan.
Ahmed dari Kairo juga merupakan karakter yang mengesankan. Gelak tawanya, meski kedua kakinya melepuh, memenuhi tenda Mina. Dia tahu bahwa ketidaknyamanan hanya akan berlangsung sebentar namun kenangannya akan abadi.
Haji akan mengajarkan Anda kesabaran dan kerendahan hati. Haji bisa menjadi pengalaman yang mengubah hidup.
Hal ini juga mendorong rasa syukur. Anda akan lebih menghargai hal-hal kecil setelah haji.
Perjalanan ke Mekah mungkin tampak menakutkan, namun setelah memulainya Anda akan memahami mengapa banyak jiwa selama berabad-abad telah mengambil jalan ini meskipun ada tantangan yang mereka hadapi sepanjang perjalanan. Ini bukan hanya soal mencapai Mekkah, tapi juga bertransformasi secara spiritual saat melakukan perjalanan di sana.